JULI DALAM PUISI

PUISI
Dan tiba-tiba hari-hariku berubah menjadi puisi
Semilir di pagi hari
Meriang jika siang
Pecah, serupa ombak-ombak pasang kalau malam


TAK TAHU ENGKAU DI MANA
Tak tahu engkau di mana
Tapi, kulihat dirimu, di antara bayang pohon willow
Kudengar suaramu, dalam riak Sungai Darrow
Dan kucium dirimu, dalam angin yang berembus dari utara


SEPERTI
Seperti puisi yang kautuliskan
Seperti nyanyi yang kaulantunkan
Seperti senyum yang kausunggingkan
Seperti pandang yang kaukerlingkan
Seperti cinta yang kauberikan
Aku tak pernah, tak pernah merasa cukup


RAHASIA
Kuberi tahu satu rahasia padamu, Kawan
Buah paling manis dari berani bermimpi
Adalah kejadian-kejadian menakjubkan
Dalam perjalanan menggapainya


ADA
Tahukah dirimu, Kawan?
Dalam serpih-serpih cahaya
Dan gerak-gerik halus benda-benda
Tersimpan rahasia
Mengapa kita ini ada

PELUK
Disebabkan karena kau terlalu malu
Dengan penuh gengsi kau berbalik,
    dia pun berlalu
Rasakan itu olehmu, sekarang baru kau tahu
Bahwa semua keindahan di dunia ini
    berkelabat dengan cepat
Dan hukum-hukum Tuhan ditulis
    sebelum telepon dibuat
Orang-orang indah yang kautemukan di pasar,
    stasiun, terminal, dan tikungan
Kekasih, kemewahan mutiara raja brana,
    kemilau galena dan intan berlian
Semuanya akan meninggalkanmu
Kecuali secangkir kopi
Dia ada di situ, tetap di situ, hangat,
    dan selalu dapat dipeluk

(dalam Cinta di Dalam Gelas)


TAK TERGENGGAM
Cinta, ditaburkan dari langit
Pria dan wanita menengadahkan tangan
Berebut-rebut menangkapnya
Banyak yang mendapat seangkam
Banyak yang mendapat segantang
Semakin banyak
Semakin tak tergenggam



SERIBU LIMA RATUS PERAK
Kutengok di televisi
Kebenaran di Jakarta mahal sekali
Para koruptor pintar sembunyi
Padahal nyata-nyata, mereka telah mencuri
Kawan, di kampung kami
Kebenaran harganya hanya seribu lima ratus perak
Warnanya hitam, tergenang di dalam gelas,
    saban pagi

Komentar

Postingan populer dari blog ini

KISAH RAPDI RAHASIWI PENYEMANGAT

Menata Hati Dengan Kelembutan Cinta

CERITA SERIES